Mayangkara merupakan nama sebuah monumen yang terletak didesa Mantup yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan tambang bebatuan yang sekarang dimanfaatkan oleh para warga untuk mencari nafkah. Jenis bebatuan yang terdapat ditambang tersebut merupakan jenis batu yang berwarna kekuning-kuningan yang biasanya disebut oleh warga sekitar yaitu"PEDEL" yang biasanya dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pembuatan jalan & untuk meratakan tanah yang akan dibangun sebuah rumah (pembangunan rumah).
Kegiatan setiap hari yang dilakukan para warga adalah mengambil atau menggali bebatuan dan dipotong sesuai dengan ukuran pembeli yang menginginkan. Biasanya para warga hanya menggali bebatuan apabila ada pesanan saja dari warga lain. Namun tidak jarang banyak warga lain yang mencoba mencari keberuntungan dengan mengangkut batu-batu pedel yang digali warga untuk dikirim ke pembeli.
Untuk menempuh kelokasi tersebut harus melalui jalanan yang terjal dan tergolong berbahaya, karena disekitar jalanan tersebut merupakan jurang yang sangat dalam. Jadi para pengemudi mobil yang mengangkut batu pedel harus berhati-hati dan tetap waspada. Walaupun jalanan terjal dan bebahaya, hal itu tidak mensurutkan minat warga untuk mendapatkan uang dari hasil penjualan batu pedel.
Dalam satu hari, biasanya setiap warga dan dibantu dengan kelompoknya masing-masing dapat mengumpulkan sekitar 3-5 muatan truk dalam satu hari dan 1 muatan truk dijual dengan harga Rp. 220.000 s/d Rp. 250.000. Wow lumayan kan hasilnya!!!!!!!
Apabila penjualan batu tersebut lancar, dalam 1 minggu bisa menjual sampai 3-5 kali, dan itu berarti dalam satu bulan menghasilkan uang sebanyak 220.000*3= 660.000 dalam 1 minggu, apabila dalam 1 bulan, berarti Rp. 660.000*4=2.640.000 . Busheeeeet banyak juga ya ternyata hasilnya. Tapi semua itu sebanding dengan kerja keras mereka semua dan resiko yang mereka harus hadapi.
Untuk saat ini, perhatian pemerintah setempat masih sangat kurang. Padahal penghasilan yang didapatkan cukup lumayan besar. Misal, jalan menuju lokasi sangatlah terjal dan berbahaya. Seharusnya, jalan tersebut harus diperbaiki agar para pekerja dapat melakukan aktifitasnya dengan lancar dan harus membuat peraturan bahwa setiap warga yang menggali batu dalam satu minggu diperbolehkan untuk menggali cukup 3kali saja dan disekitar daerah tersebut harus ditanami pepohonan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Kegiatan setiap hari yang dilakukan para warga adalah mengambil atau menggali bebatuan dan dipotong sesuai dengan ukuran pembeli yang menginginkan. Biasanya para warga hanya menggali bebatuan apabila ada pesanan saja dari warga lain. Namun tidak jarang banyak warga lain yang mencoba mencari keberuntungan dengan mengangkut batu-batu pedel yang digali warga untuk dikirim ke pembeli.
Untuk menempuh kelokasi tersebut harus melalui jalanan yang terjal dan tergolong berbahaya, karena disekitar jalanan tersebut merupakan jurang yang sangat dalam. Jadi para pengemudi mobil yang mengangkut batu pedel harus berhati-hati dan tetap waspada. Walaupun jalanan terjal dan bebahaya, hal itu tidak mensurutkan minat warga untuk mendapatkan uang dari hasil penjualan batu pedel.
Dalam satu hari, biasanya setiap warga dan dibantu dengan kelompoknya masing-masing dapat mengumpulkan sekitar 3-5 muatan truk dalam satu hari dan 1 muatan truk dijual dengan harga Rp. 220.000 s/d Rp. 250.000. Wow lumayan kan hasilnya!!!!!!!
Apabila penjualan batu tersebut lancar, dalam 1 minggu bisa menjual sampai 3-5 kali, dan itu berarti dalam satu bulan menghasilkan uang sebanyak 220.000*3= 660.000 dalam 1 minggu, apabila dalam 1 bulan, berarti Rp. 660.000*4=2.640.000 . Busheeeeet banyak juga ya ternyata hasilnya. Tapi semua itu sebanding dengan kerja keras mereka semua dan resiko yang mereka harus hadapi.
Untuk saat ini, perhatian pemerintah setempat masih sangat kurang. Padahal penghasilan yang didapatkan cukup lumayan besar. Misal, jalan menuju lokasi sangatlah terjal dan berbahaya. Seharusnya, jalan tersebut harus diperbaiki agar para pekerja dapat melakukan aktifitasnya dengan lancar dan harus membuat peraturan bahwa setiap warga yang menggali batu dalam satu minggu diperbolehkan untuk menggali cukup 3kali saja dan disekitar daerah tersebut harus ditanami pepohonan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
0 Response to "Potensi Mayangkara Yang Masih Tersimpan"
Posting Komentar